BAB II
PEMBAHASAN
Teknologi Pembelajaran Dalam Praktek
Teknologi pembelajaran berkembang
melalui interaksi konsisten antara teori dan praktek. Teknologi pembelajaran
bersifat unik dalam pengertian bidang studi ini juga menggantungkan pada model
model untuk melengkapi teori. Model yang banyak digunakan dalam studi itu
bersifat procedural, Dan kebanyakan model ini memberikan panduan proses
rancangan. Sementara model procedural itu memiliki dasar teoritis, dan
meringkas praktek yang berhasil atau dapat memberikan respon pada karateristik
unit lingkungan tertentu.
Praktek
teknologi pembelajaran juga berpengaruh pada evolusi,oleh karena itu
mempengaruhi bagaimana bidang studi itu didefinisikan. Disamping itu, praktek
berpengaruh daripada teori.
A. Elemen
yang membentuk praktek teknologi pembelajaran
Praktek
teknologi pembelajaran dibentuk
oleh model – model serta landasan teori, namun tetap saja terdapat
elemen – elemen lain yang dapat memudahkan atau mempersulit penggunaan model
serta teori. Elemen –
elemen tersebut antara lain :
Ø
Tipe isi pembelajaran
Ø
Organisasi pembelajar
Ø
Daya dukung peralatan yang tersedia
Ø
Keahlian praktisi
Teknik dan
prosedur teknologi pembelajaran, khususnya yang berhubungan dengan rancangan
pembelajaran disajikan sebagai model generik dengan
variasinya bergantung pada jenis mata pelajaran yang diajarkan dan juga
keterampilan prasyarat dan latar belakang pembelajar.
Dimensi
praktek teknologi pembelajaran cenderung berkembang seirama dengan
peningkatan kemampuan teknologi yang ada. Seperti halnya bidang lain, kualitas
praktek ditentukan oleh keterampilan dan keahlian praktisi. Keahlian itu
mengalami evolusi selama bertahun tahun seiramam dengan fungsi banyaknya
perubahan dalam bidang studi itu.
B. Konteks Praktek Teknologi Pembelajaran
Masyarakat
praktisi mempengaruhi perkembangan nilai, kepercayaan, dan prioritas dalam
teknologi pembelajaran. Perubahan dalam kepercayaan dan nilai ini dipengaruhi
oleh tujuan dan sumber daya dalam lingkungan tertentu.
v
Ruang lingkup praktek teknologi pembelajaran
Secara umum
alumni program teknologi pembelajaran menemukan pekerjaan dalam berbagai
lingkungan kerja. Di berbagai wilayah geografis pelatihan kerja dewasa ini
menghendaki pelatihan dalam teknologi pembelajaran atau bidang yang terkait. Ely (1992)
mencatat kecenderungan lebih banyak praktek teknologi pembelajaran diliuar
konteks sekolah dari pada dalam sekolah. Kecenderungan ini bermula satu dasa
warsa yang lalu dan tampak terus berlanjut.
Dari
perspektif banyak bidang studi, perubahan yang lebih dramatis tidak banyak
terjadi pada aplikasi pelatihan. Tetapi yang banyak pada perkembangan
praktek teknologi pembelajaran di seluruh dunia. Dalam beberapa kasus, arena
internasional merupakan refleksi struktur global dari banyak perusahaan Amerika,
tetapi hal ini tidak untuk semua kegiatan, disamping itu, sebagian besar Negara
seperti Kanada dan Belanda
memiliki program akademik teknologi pembelajaran di perguruan tinggi dan
universitas.
v
Variasi praktek di antara lingkungan kerja
Oleh karena
arena bisnis dan pelatihan industri mendominasi
dalam beberapa wilayah kajian, terdapat
penekanan baru dalam topik-topik berikut seperti:
Ø
Pembelanjaran berorientasi keterampilan dan
transfer pelatihan berkelanjutan
Ø
Pembelajaran bersifat pada isi dan bukannya
berpusat pada pebelajar
Ø
Analisis front-end dan rancangan system
pembelajaran
Ø
Teknologi belajar jarak jauh
Ø
Karateristik pebelajar orang dewasa
Ø
Teknologi performansi
Lingkungan
kerja juga cenderung menekankan produktivitas dan mengurangi waktu siklus
rancangan. Tekanan-tekanan ini mengarah pada perkembangan system dukungan
performasi elektronis dan pendekatan baru pada rancangan dan perkembangan dalam
pencarian teknik yang lebih efisien (Dick, 1993; Wager, 1993 )
tetapi kadang-kadang
juga saat-saat dimana ada
fase krisis, misalnya evaluasi dan pembelajaran dalam lingkungan ini follow-up
kurang medapat perhatian atau dihilangkan untuk menghemat waktu dan dana.
Lingkungan
sekolah memiliki kebutuhan lain yang berpengaruh pada praktek teknologi
pembelajaran dalam lingkungan ini, termasuk :
Ø
Pembelajaran fleksibel dan berpusat pada guru
Ø
Memenuhi kebutuhan siswa secara komprehensif
Ø
Pembelajaran yang tidakk bergantung pada rancangan front-end secara
ekstensif
Ø
Assessment dan evaluasi
Tidaklah
mengherankan bahwa bidang studi ini memiliki kesulitan dalam penerapan prosedur
dalam dua lingkungan ini secara persis tanpa penyesuaian (gustafon 1993)
meskipun terdapat tiga prosedur generic yang dipandang bisa mengatasi kendala
lingkungan. Tetapi prinsip teknologi
pembelajaran yang di terapkan dalam banyak lingkungan mengajar memungkinkan
terciptanya lapangan untuk praktek dalam bidang teknologi pembelajaran yang
memungkinkan untuk terus berkembang.
C. Pekerjaan
teknologi pembelajaran
Pekerjaan
teknologi pembelajaran biasanya ditentukan oleh struktur dan tujuan lingkungan
kerja tertentu dan juga fungsi posisi itu. Seels dan glasgow (1990)
mendiskripsikan pasar kerja
dengan membedakan antar peranan peneliti dan praktisi. Sementara peneliti dan
lingkungan akademik mempertimbangkan ranah tertrentu bidang studi itu. Mereka
pada umumnya menentukan spesialisasi di salah satu (atau dua) ranah. Di sekolah
atau lingkungan pelatih, kebanyakan peneliti dalam organisasi itu terlibat
dalam penelitian evaluasi.
` Praktisi
juga berkepentingan dengan salah satu ranah bidang studi
itu, tetapi profesional sekolah
cenderung menentukan spesialisasi dalam lingkup yang lebih terbatas. Sementara
ada generalis yang bagi mereka, luasnya ruang lingkup teknologi pembelajaran
menghalangi pencapaian keahlian oleh individu tertentu dalam suatu ranah
kegiatan. Hal ini berlaku ahli teori dan praktisi. Kebanyakan teknologi pembelajaran
memiliki pekerjaan yang menuntut ketrampilan tertentu dalam satu atau dua hal,
misalnya dalam rancangan dan pengembangan teknologi tertentu atau pemakaian
media.
D.
Peranan Keahlian Para Praktisi
1)
Pelatihan
formal dan Pelatihan – Ulang.
Para
teknologi pembelajaran sekarang ini, yang berkarya dalam berbagai situasi lebih
terampil dibandingkan generasi sebelumnya. Semakin banyak praktisi yang
memperoleh palatihan formal, terutama di tingkat pascasarjana.
Para
teknologi pembelajaran yang mempraktekkan ilmu di lapangan akan terus
mengembangkan keahlian serta keterampilan mereka melalui kegiatan yang
dilakukannya di luar lingkup program palatihan formal.
2) Klasifikasi Kompetensi Profesional.
Seiring dengan meluasnya bidang teknologi pembelajaran, organisasi– organisasi
profesi melakukan tugas mengembangkan dan menyepakati daftar kompetensi inti
untuk jabatan praktisi, terutama bagi mereka yang bekerja di sektor
pelatihan. Divisi Instruksional Development dari organisasi
AECT bersama dengan National Society for Performence and Instruksional (NSPI) membentuk
satuan tugas untuk malaksanakan tugas serupa.
Menurut satuan tugas tersebut, rumusan kompetensi selain diperlukan sebagai
dasar untuk sertifikasi, juga dapat digunakan untuk :
Ø
Penilaian
diri dan pengembangan diri
Ø
Menciptakan
terminologi yang sama.
Ø
Pengembangan
program akademik
Ø
Membantu
untuk mengidentifikasi praktisi yang memenuhi syarat
Ø
Landasan
untuk merumuskan bidang
Sekarang masalah sertifikasi sering diartikan sebagai suatu gerakan mutu
demi terciptanya standardisasi mutu di lingkungan industri. Sertifikasi
diajukan sebagai suatu cara untuk membatasi keragaman, suatu cara untuk menjmin
mutu kinerja dan mutu produk pembelajaran.
Pendapat umum menyatakan bahwa penentuan sertifikasi perancang pembelajaran
dan pelatih danggap setara dengan wewenang tradisional pemerintah untuk
mensertifikasi guru kelas atau berbagai pekerjaan khusus di bidang pendidikan,
seperti pustakawan media, teknolog pembelajaran, koordinator komputer. Aturan –
aturan seperti tadi tentu memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif
yaitu sertifikasi guru menunujukknan jaminan akan kemampuan dasar seorang
melalui persiapan formal, dan bahwa pelatihan telah memberikan kemampuan
minimun, sebagai contoh bahwa seorang guru harus sudah mengikuti praktek
pengalaman kelas yang diawasi sebelum dia diberi tanggung jawab penuh dalam
mengajar.
E. Etika Praktek Teknologi Pembelajaran
1)
Modifikasi standar etika
Salah satu dimensi pentingnya ialah kesadaran dan
pemasyarakatan standar praktek yang di landasi etika professional. Selanjutnya
standar ini yang membentuk praktek sehari-hari dalam suatu bidang studi. AECT telah
menyatakan kode etik professional dan prosedur
menangani masalah etis diberlakukan sejak pembentukannya seperempat abad yang
lalu.
Kegiatan ini sangat bermanfaat, berdasarkan
kenyataan bahwa masyarakat ini menempatkan perhatian pada masalah etika dalam
berbagai lingkungan. Etika sangat
berpengaruh dalam berbagai bidang.standar perilaku ini berfungsi sebagai sumber
arah yang yang lebih abstrak dan konkret untuk praktek sehari-hari.
2)
Kepedulian
Etika Profesi
Oleh karena terjadinya perubahan teknologi yang sangat cepat norma etis
juga berubah dan norma-norma baru ditetapkan dan dipopulerkan. Sebagian topik sudah
sangat jelas seperti penggunaan duplikasi tekologi. Isu itu sudah
dibahas di perundangan dan juga kode etik.
Teknologi baru telah telah menciptakan isu etis yang lain yang tidak begitu
tampak dan kelihatannya tidak berpengaruh. Misalnya, persoalan
persamaan dalam kesempatan pendidikan dapat menjadi isu teknologi. Baik secara
etis maupun praktis hal itu merupakan dilema. Perhatian
etis itu bisa menjadi lebih kompleks ketika
pengaruh teknologi semakin kelihatan. Dalam
situasi ini sulitlah untuk menentukan
perilaku yang bagaimana dipandang tepat dan apa yang bisa memiliki pengaruh
negatif jangka
panjang.
F. Peran
Pratisi Dalam Mempengaruhi Evolusi Teknologi Pembelajaran
Teknologi
pembelajaran bergerak dari keterapilan, profesi, sekarang
bidang studi. Evolusi ini paralel dengan pertumbuhannya
dari praktek ditingkat teknisi ditempat kerja menjadi kegiatan
professional yang menghendaki pengetahuan
dan penyiapan yang lebih tinggi. Evolusi ini
mendeskripsikan dalam rangkaian studi mengenai bidang studi dan juga dalam
upaya mendefinisikan ruang lingkup dan fungsi bidang studi.
G. Penelitian
tentang Pekerjaan dalam Media Pembelajaran tahun 1970.
Pada akhir
dasawarsa 1960-an, the Department of
Audiovisual Instruction
of the National Education Association
(cikal bakal AECT) melakukan analisis praktek teknologi pembelajaran pada saat
itu. Proyek ini dilakukan dengan cara unntuk menganalisis bidang studi itu dan
menjadi sejarah tersendiri
untuk praktek teknologi pembelajaran. Laporan
proyek ini adalah Jobs in Instructional
Media( Wallington,et al,19970) dan
lebih dikenal dengan the JIMS report.
Dasar-dasar
bidang studi
Penelitian JIMS didasasrkan
pada 2 orientasi berebeda. Yang pertama ialah konsep analisis pekerjaan
fungsional (function jobs analysis). Teknik ini dikembangkan oleh Sidney A.Fine
dari Upjohn Institute for
Employment Research,
melibatkan identifikasi tugas pekerjaan secara lengkap. Tugas tersebut di
kelompokkan dalam bentuk
apakah tugas itu masuk kategori data, orang atau
benda. Setiap
kategori selanjutnya di bagi menjadi fungsi-fungsi yang
dapat di deskripsikan menurut tingkat kesulitan dan jumlah
pembelajaran yang diperlukan untuk melakukan fungsi itu.
Selain
menggunakan teknik-teknik analisis pekerjaan fungsional, penelitian
JIMS juga
dipengaruhi ranah teknologi pembelajaran yang dikembangkan dalam the Medi Guidelines Project of
the Teaching Research Division dari
Oregon Sistem Of Higher Education. Hal
ini merupakan konsep yang disertakan dalam definisi lebih awal (AECT, 1972; AECT, 1977) dan juga
definisi yang berlaku kini. Salah satu
perbedaannya ialah bahwa
dulunya fungsi praktisi menentukan ranah bidang studi.
Pengaruh dan Perluasan Laporan JIMS
Tingkat
presentase pekerjaan dalam bidang yang melibatkan tugas para profesional
seperti opersi pealatan. Konsekuensinya, proyek itu meliha secara sistematis
pada tugas kerja yang mengelompok untuk memberikan dasar kearah titian karier.
Oleh karena itu laporan JIMS menajadi dasar
bagi teknologi pembelajaran untuk berkembang menjadi profesi.
H. Hubungan
antara Definisi 1994 dengan Praktek
Definisi teknologi pembelajaran yang belaku kini
disajikan sebagai teori sekaligus praktek. Ranah-ranahya menunjukkan dasar
pengetahuan bidang studi itu disamping
memberikan skema utama untuk
mengklasifikasikan cara spesifik bagaimana
pengetahuan ini diterapkan di lapangan.untuk bisa sesuai dengan definisi itu
secara utuh, kegiatan disetiap ranah biasa
berhubungan dengan proses pembelajaran atau sumber pembelajaran.
Terdapat
banyak kompetisi profesional yang ditunjukkan oleh teknolog pembelajaran ketika
pekerjaan mereka dihubungkan dengan satu ranah saja. Banyak pula sebutan
pekerjaan yang berkaiatan dalam wilayah kompetensi dan
performensi yang sama. Terdapat juga pertumbuhan dalam pekerjaan , kompetensi,
proses dan sumber yang berhubungan dengan setiap dimensi bidang studi dan
teknologi pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Definisi
1994 bidang studi memberikan karakter teknologi pembelajaran sebagai teori dan
praktek. Ini menjelaskan bahwa bidang studi ini berdasarkan orientasinya pada
praktek. Dewasa ini praktek teknologi pembelajaran dipengaruhi oleh konteks
tempat kerja, variasi pekerjaan yang ada, dan tingkat keahlian yang diharapkan
dari mereka yang mendapatkan pelatihan dalam berbagai aspek. Di samping itu,
praktek dibentuk oleh, standar etis dalam profesi. Jelaslah bahwa pertumbuhan
masa dating bisang teknologi pembelajaran akan terus dibentuk oleh praktek
maupun oleh meluasnya kerangka intelektual.
B.
Saran
Seharusnya
para profesi yang mumpuni di bidang ini memberikan ilmu dan pengalamannya agar
masyarakat lain dapat memahami dan
mempraktekkannya. Dan di era global seperti ini teknologi menjadi harga mati
untuk memajukan bangsa ini seharusnya kita bisa menyikapinya dan bisa mengambil
sisi positif dari perkembangan teknologi yang sangat pesat.
Daftar
Rujukan
Dwiyogo, Wasis
D. 2010. Dimensi Teknologi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Wineka
Media : Malang
Seels, B. B.,
& Richey, R. C. 1994.
Instructional technology: the definition and Domains Of The Field. Washington,
DC: Association for Educational Communications and Technology.
Association for
Educational Communications and technology. 1994. The Definition of Educational
Technologi. Washington : A.E.C.T
Richey, R.C .
1986 . The theoretical and conceptual bases of instructional design. London :
Kogam Page
Prawiradilaga, Dewi
S. 2007. Konsep Teknologi
Pendidikan Dari Masa
ke Masa. No.20/XI/TEKNODIK/April/2007, 41-55.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar